Sabtu, 19 Februari 2011

Teknologi




Di era kompetisi dewasa ini di mana di negeri ini terdapat sekitar dua belas operator telekomunikasi yang rebutan “kue pelanggan” yang mulai terbatas, adalah wajar jika operator tersebut tidak mencapai target pemasaran. Seluruh operator tersebut baik selular maupun yang mengusung teknologi CDMA, dalam kondisi “perang terbuka” saat ini tentunya “mati-matian” mengeluarkan jurus sakti untuk meningkatkan pendapatan.

Saat ini pelanggan dan calon pelanggan telepon selular maupun CDMA, betul-betul memanjakan pelanggannya dengan berbagai konten yang digratiskan. Peningkatan penggunaan Handphone untuk voice maupun sms memang sangat signifikan. Tapi penggunaan bisnis data (internetan) masih terus digenjot karena ceruknya masih terbatas akibat cara penggunaan yang belum banyak dipahami masyarakat. Padahal bisnis data inilah yang menunjang banyak pemasukan kepada operator telekomunikasi di Indonesia.

Bisnis data ini pun ternyata terkena “imbas” perang tariff yang dikumandangkan oleh dua belas operator telekomunikasi itu. Artinya, jika ada tariff internetan yang murah, maka akan menjadi “lirikan” calon pelanggan. Jadi, kalau ingin menggenjot pendapatan dari bisnis data, operator harus membanting harga luar biasa miringnya, sehingga operator lain tidak bisa meniru atau merebut pelanggan yang sudah ada. Ilmu marketing betul-betul harus diterapkan, sehingga dapat melebihi pendapatan yang sudah ditargetkan. Meski pun etika bisnis harus dilanggar. Mematikan operator lain dianggap syah-syah saja. Sehingga terjadi PHK dinilai hal yang biasa.

Namnpaknya, bagi anak perusahaan PT.Telkom Tbk yaitu PT.Telkomsel yang sejak 1995 sudah “mengarungi” bisnis selular di negeri ini, masih memiliki etika bisnis yang sangat manusiawi. Kompetitor adalah teman untuk bersaing dengan sehat. Dan tidak perlu adanya operator telekomunikasi yang gulung tikar karena bangkrut kalah bersaing.

Coba kita simak iklan-iklan Telkomsel di media cetak, media online maupun media layar kaca. Tidak satu pun terdapat kalimat klise tapi menjatuhkan: “Tinggalkan yang lain. Saatnya berlangganan………………….”

Dengan kata lain, Telkomsel sebagai operator selulart terbesar di Indonesia dengan sekitar 120 juta pelanggan, masih memiliki “etika bisnis” yang elegant dan jentle. Bisa dikatakan, tidak mau pun melihat kompetitornya “kolaps”. Padahal kalau mau, bisa saja dilakukan. Misalnya dengan memasarkan internet kecepatan tingginya Flash di bawah Rp.9.000 per bulan. Nah, akan bertumbanganlah kompetitornya. Tapi akibatnya Telkomsel akan dipanggil dan diadili Komisi Persaingan Usaha (KPU).

saya berbicaraa seperti ini bukan karena saya Orang dari Telkomsel, karyawan Telkomsel, dan yang lainya. tapi lebih kepada kesadaran kita sebagai warga negara indonesia yang tentunya ingin menjadi warga yang baik, ini adalah fakta yang terjadi di indonesia. mempunyai produk local tetapi lebih memilih produk dari luar yang hasil dari keuntunganya di berikan oleh pemegang saham terbesar. dengan komposisi saham di Telkomsel yang mayoritas di miliki oleh negri maka tidak tidak aneh kalau saya berkata " TELKOMSEL PALING INDONESIA" sematamata karena saya Cinta Indonesia.

Jadi dengan turunnya target pendapatan Telkomsel yang selama ini menjadi andalan Telkom, adalah wajar jika melihat etika bisnis yang sering dilanggar kompetitornya. Apalagi anak perusahaan Telkom ini juga “duet” dengan singTel dari Singapore dengan komposisi saham 65% Telkom dan 35% singTel. Karena itu tak perlu menyalahkan manajemen perusahaan ini atas merosotnya pendapatan tahun 2010 lalu. Hal ini mengingat Komisaris Utama (Komut) Telkomsel adalah CEO Terbaik Nasional 2010 dan kandidat CEO Terbaik Asia Tenggara, Rinaldi Firmansyah yang juga Dirut PT.Telkom Tbk.

Rinaldi Firmansyah sebagai Komut Telkomsel, menyodorkan solusi peningkatan kinerja Telkomsel dengan penambahan tiga direksi lagi. Artinya dari 5 orang sekarang, menjadi 8 orang. Sama seperti di Telikom dengan 8 orang direksi. Semoga Telkomsel dengan suntikan 3 direksi baru Ini akan semakin baik performancenya. Sehingga tetap sebagai perusahaan telekomunikasi terkemuka yang memberikan kontribusi Pajak terbesar kepada Negara.

Tidak ada komentar: